Minggu, 01 April 2012

Melihat Kantor UPTD-LPPMHP Ketapang. Mati Surinya Laboratorium Pengujian Babel






SEBUAH tulisan penanda tempat tersebut tampak mulai lusuh tergerus cuaca. Ditambah, tingginya rerumputan hijau yang menghiasai kantor tersebut, bak menandakan kantor ini sekilas tak berpenghuni. Namun, ditelisik lebih jauh, aktifitas pekerja di kantor ini tak pernah berhenti. Meskipun dilihat, fungsi utama dari keberadaannya kini hampir mati suri.  Itulah sekilas, keberadaan gedung UPTD-LPPMHP Dinas Kelautan dan Perikanan Babel yang berada di kawasan Ketapang, Pangkalpinang.

Seyogyanya, tempat ini dibangun untuk menentukan apakah hasil tangkapan ikan dari para nelayan yang dijual ke luar daerah layak atau tidak diperjualbelikan. Namun sayangnya, pihaknya kini sepi akan "order" dari para pengusaha ikan yang ingin menganalisa hasil tangkapannya.  "Sekarang Sudah sangat jarang dari perusahaan ingin mengecek kelayakan ikan tangkapan mereka di sini, bahkan sudah hampir satu tahun ini tidak ada lagi pengujian," terang kepala UPTD-LPPMHP, Rosdham Ali, kemarin (26/3).

Dikatakannya, para pengusaha ikan untuk mengekspor ikan ke Malaysia dan Singapura lebih memilih menganalisa hasil tangkapannya ke laboratorium Tanjung Pinang, Riau. "Saya tidak tahu apa penyebabnya. Yang jelas mereka lebih senang memilih kesana," tambahnya.  Pria 44 tahun ini menyebutkan, karena tidak adanya aktifitas pengujian, laboratorium ini setiap harinya selalu sepi. Yang ada menurutnya, hanyalah aktifitas beberapa pegawai semata. "Laboratorium analisa kelayakan ikan hanya terdapat di sini saja, laboratorium lain tidak ada bahkan swasta sekalipun. Namun, kondisinya sepi begini," sesalnya sembari mengatakan bahwa laboratorium tersebut layak guna.

Bahkan dengan sepi kegiatan itu, membuat kantor yang terletak di jalan menuju TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Ketapang, Kecamatan Pangkalbalam tersebut terkesan seperti telah mati suri. "Iya dek, kantor ini belum dikatakan mati suri, tetapi hampir mati suri," cetusnya. Namun dengan sepi kegiatan dan terkesan telah mati suri tidak serta merta membuat Rosdham Ali berdiam diri, ia dan para pegawainya tetap menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh. "Kita tetap melaksanakan tugas sehari-hari, kita hanya bertugas karena tanggung jawab saja kepada masyarakat," jelas pria asal Jakarta yang mengaku kedatangannya ke Babel hanya bermodal niat tulus untuk pengembangan kelautan di Babel. "Saya datang k esini dan ditugaskan di sini karena amanah, oleh karena itu saat ini saya terus berusaha untuk melakukan apapun untuk membuat kantor ini kembali berfungsi secara maksimal dengan SDM (Sumber Daya Manusia) yang telah ada," tandasnya. (http://www.radarbangka.co.id)

Sektor Perikanan & Kelautan


Sektor perikanan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didominasi oleh perikanan laut karena lokasi daerah ini secara geografis dikelilingi oleh lautan dan selat. Selain sumber daya laut, daerah ini juga memiliki potensi untuk budidaya air tawar dan payau.

Potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan luas areal 65.301 km2 sebesar 499.500 ton/tahun dengan nilai ekonomis Rp. 2.497.500.000.000. Jumlah produksi untuk tahun 2006 adalah 122.841,6 ton (24,59% dari potensi produksi) dengan nilai produksi Rp. 1.235.632.162.000 (49,47% dari potensi nilai ekonomis). Jenis ikan dominan antara lain: Tenggiri, Tongkol, Kembung, Layang, Selar, Tembang, Kakap, Kerapu, Bawal Hitam, Bawal Putih, Kerisi, Ekor Kuning, Udang Windu, dan Udang Putih.

Di samping potensi sumber daya perikanan tangkap tersebut di atas, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan panjang pantai 1.200 km dan 251 buah pulau-pulau kecil merupakan wilayah yang cocok untuk usaha budidaya laut seperti ikan kerapu, teripang, rumput laut dan kerang-kerangan. Luas areal untuk budidaya laut adalah seluas 120.000 Ha dengan potensi produksi 1.200.000 ton. Pada tahun 2006 produksi budidaya laut hanya sebesar 17.78 ton (0.07% dari potensi produksi).

Selain sumberdaya perikanan laut Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki potensi lahan budidaya air payau (tambak) dan air tawar (kolong). Dengan panjang pantai 1.200 km potensi lahan untuk budidaya tambak mencapai 250.000 Ha dengan potensi produksi 100.000 ton. Pada tahun 2006 produksi budidaya air payau hanya sebesar 153.55 ton (0.07% dari potensi produksi).

Untuk budaya perikanan air tawar, potensi lahan yang dimiliki mencapai 1.602 Ha yang terdiri dari dari perairan kolong, sungai dan kolam dengan potensi produksi 16.000 ton. Pada tahun 2006 produksi budidaya air tawar hanya sebesar 751.24 ton (0.07% dari potensi produksi).

Peluang investasi yang ditawarkan pada sektor perikanan dan kelautan ini adalah:

Industri Pakan
Pakan ikan laut; kapasitas 50 ton/hari; 25 unit
Pakan ikan payau; kapasitas 50 ton/hari; 10 unit Pakan ikan tawar; kapasitas 50 ton/hari; 2 unit

Industri Bioteknologi
Benih ikan laut 40.000.000-50.000.000 ekor/tahun
Benih ikan payau 40.000.000-50.000.000 ekor/tahun
Benih ikan tawar 4000.000-5000.000 ekor/tahun

Pabrik Pengolahan
Cold Storage kapasitas 200 – 500 Ton; 30 unit
Pabrik Es; kapasitas 10-20 ton/hari; 10 unit
Industri Tepung Ikan; kapasitas 5-10 ton/hari; 10 unit

Industri Galangan
Kapasitas 60 unit/tahun; 10 unit Galangan Kapal

Industri Pembuatan Alat tangkap :
1 Unit

PELABUHAN PERIKANAN
(http://www.babelprov.go.id)